Senin, 13 Juni 2011

Al-Asham Gelar Kehormatan

ketika seseorang yang tuli dipanggil dengan sebutan Si Tuli, ada kemungkinan besar dia akan marah atau tersinggung. sapaan itu dianggapnya sebagai sebuah penghinaan dan merendahkan martabat seseorang, walaupun kenyataannya memang ia tuli. Apalagi jika orang tersebut memang tidak tuli.

Akan tetapi julukan atau sapaan yang biasanya dianggap merendahkan dan menghina itu, bagi Imam Hatim bin Alwan justru merupakan gelar kehormatan yang mengabadikan akhlak terpujinya sehingga ia dihargai dan dihormati oleh umat manusia sepanjang masa, walaupun sebenarnya dia tidaklah tuli.

Imam Hatim bin Alwan adalah seorang ulama besar kenamaan di daerah khurasan. ilmunya tinggi, pengaruhnya luas dan memiliki banyak murid. Lalu bagaimana ulama besar sepertinya mendapat julukan Al-Asham atau Si Tuli di tengah-tengah masyarakatnya?

Gelar buruk namun terhormat itu didapatkan oleh Imam Hatim bin Alwan ketika pada suatu masa seorang gadis cantik keturunan bangsawan datang ke majelis taklimnya. Majelis dimana ia biasa memberikan pelajaran yang juga merupakan tempat penyimpanan ratusan kitab-kitabnya.

Gadis bangsawan itu bermaksud meminta fatwa dari Imam Hatim bin Alwan mengenai masalah yang sedang dihadapinya yang membutuhkan jawaban secepatnya. Ketika sudah dipersilahkan masuk gadis itupun segera mengutarakan permasalahannya, "Wahai Imam Hatim! maksud kedatanganku kemari untuk meminta fatwa perihal". Belum selesai gadis itu mengutarakan permasalahannya, tiba-tiba terdengar suara nyaring, "Tiiiiiiitt". 

Gadis itu tak kuasa menahan kentutnya sehingga terlepas. Walaupun terdengar lirih tapi baginya terdengar nyaring dan ia yakin sang Imam pun mendengar suara kentutnya. Tak ayal Imam Hatim pun terkejut. Baru sekali ini ia mendengar suara kentut di hadapannya, apalagi seorang gadis, bangsawan lagi. 

Si gadis begitu mendengar kentutnya sendiri, walaupun pelan suaranya, medadak raut wajahnya menjadi merahdan pucat lantaran malu sekali, apalagi yang ada dihadapannya adalah seorang ulama besar kenamaan yang dihormati oleh segenap lapisan masyarakat termasuk raja dan pembesar kerajaan.

Namun alangkah leganya hati gadis itu tatkala Imam Hatim dengan suara lantang berkata, "Coba ulangi apa keperluanmu datang kemari sebab aku tidak mendengarnya."! Dengan lantang pula gadis itu mengutarakan permasalahan pelik yang dihadapinya. Suaranya sangat keras sekali. Dengan penekanan kata satu persatu, gadis itupun berkata "wahai Imam Hatim !.. maksud..! Kedatangan..! Saya..! Kemari..! Adalah..! Untuk.....! Tetapi Imam Hatim masih juga berteriak dengan lantang, "Lebih keras lagi suaramu. Apakah kamu tidak tahu sejak seminggu yang lalu telingaku menjadi pekak dan tuli karena demam tinggi?"

Imam Hatim sebenarnya bukan tidak mendengar. Bunyi jarum jatuhpun, telinganya masih dapat menangkapnya, Namun sekali ini untuk menjaga dan menutupi rasa malu gadis dihadapannya, ia terpaksa berpura-pura tuli. Mendengar pengakuan Imam Hatim bin Alwan tersebut, wajah si gadis tersebut kembali ceria. Dalam benaknya ia berfikir. "Suara saya yang lantang saja tidak terdengar apalagi suara kentut saya yang sangat lirih, pasti Imam Hatim tidak mendengarnya."

Bukan hanya sampai disitu. Imam Hatin bin Alwan terpaksa bersandiwara pura-pura tuli selama gadis bangsawan itu masih hidup dan tinggal di kota yang sama. itulah sebabnya ia terkenal dengan gelar atau julukan Al-Asham atau Si Tuli. Gelar buruk namum terhormat.